Beranda Artikel Jurnal

Analisis Pengaruh Reputasi Underwriter, Company Size, Company Age, Roe dan Presentase Penawaran Saham Kepada Masyarakat Terhadap Tingkat Underpricing Pada Saham-Saham IPO Periode Tahun 2012-2015

Oleh:
Desika Andriani
(Dosen STIE Bhakti Pembangunan)

ABSTRAK

Dalam rangka mengembangkan usahanya, banyak perusahaan melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan modalnya. Salah satunya menambah jumlah kepemilikan saham dengan penerbitan saham baru. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan menjual sahamnya kepada masyarakat umum melalui bursa efek yang disebut proses go public.  Transaksi  penawaran umum penjualan saham perdanaatau disebut IPO (Initial Public Offering). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang diduga mempengaruhi tingkat underpricing saham suatu perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. Metode penelitian yang dilakukan dengan dekriptifanalisis, dimana sampel penelitian adalah perusahaan yang mengalami underpricing pada saat IPO di BEI periode 2012 – 2015. Variabel terikat adalah tingkat underpricing saham, sedangkan variabel bebasnya adalah reputasi underwriter, company size, company age, ROE, dan Presentase Penawaran saham kepada masyarakat. Hipotesis diuji menggunakan metode statistik regresi linier berganda untuk mengetahui apakah faktor – faktor yang diuji mempengaruhi tingkat underpricing saham secara simultan dan secara parsial. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa company size, ROE, dan Presentase Penawaran saham kepada masyarakat berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham IPO. Sedangkan reputasi underwriter dan company age tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham IPO.

Kata Kunci            : Initial Public Offering, Underpricing, Reputasi Underwriter, Company Size, Company Age, ROE dan Presentase Penawaran Saham kepada masyarakat.

PENDAHULUAN

Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan  untuk  memperluas usahanya,  hal ini dilakukan dengan mengadakan ekspansi. Untuk melakukan ekspansi ini perusahaan memerlukan tambahan modal cukup besar. Dalam rangka memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang diambil dari dalam perusahaan tidak  cukup.  Kebutuhan inilah yang mendasari suatu perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan.

Penawaran saham perdana yang ingin dilepas ke masyarakat umum dapat dilakukan di pasar perdana (primary market), yang mana pasar perdana adalah pasar dimana untuk pertama kalinya saham baru dijual kepada investor oleh perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Tujuan yang ingin dicapai melalui pasar perdana adalah emiten mendapatkan dana  sebesar  jumlah saham yang ditawarkan. Namun pasar perdana tidak akan berfungsi dengan baik  tanpa  ada pasar sekunder dan kemudian saham yang  dikeluarkan di pasar perdana diperjualbelikan  antar investor di pasar sekunder (secondary market). Penawaran perdana inilah yang dikenal dengan IPO (initial Public Offering). Untuk merealisasikan IPO, diperlukan penetapan harga saham perdana. Hal ini menjadi sulit karena emiten sebagai pihak penawar tidak memiliki informasi yang cukup untuk menentukan harga karena keterbatasan pengalaman. Oleh karena    itu, emiten pada umumnya menyerahkan harga karena keterbatasan pengalaman. Oleh karena itu, emiten pada umumnya menyerahkan proses ini kepada pihak ketiga dalam hal ini dikenal dengan sebutan underwriter. Underwriter atau pihak penjamin emisi akan berperan sebagai perantara antara emiten dengan investor. Informasi yang dimiliki underwriter lebih baik dari emiten dikarenakan pengalaman dari underwriter itu sendiri yang lebih berkecimpung di pasar modal.

Indonesia sebagian besar menerapkan aturan full commitment kepada underwriter  sehingga menimbulkan faktor risiko yang cukup besar bagi underwriter dalam penjaminannya terhadap saham emiten yang akan ditawarkan. Terjadi perbedaan kepentingan antara emiten dengan underwriter dimana emiten menginginkan sahamnya ditawarkan dengan harga tertinggi sedangkan underwriter cenderung ingin mengurangi risiko apabila saham yang ditawarkan tidak terserap seluruhnya sehingga underwriter harus menyerap sisa saham yang tidak laku tersebut. Untuk memperkecil risiko tidak laku terjual, underwriter akan menetapkan saham yang lebih murah dengan memanfaatkan informasi yang dimilikinya. Penetapan harga saham perdana di bawah harga atau nilai fundamentalnya disebut underpricing. Underpriced merupakan hasil dari ketidakpastian harga saham pada pasar perdana.

Perusahaan dengan umur operasi yang lama kemungkinan akan menyediakan publikasi informasi perusahaan yang lebih luas dan lebih banyak bila dibandingkan dengan perusahaan  yang baru saja berdiri. Informasi ini akan bermanfaat untuk investor dalam mengurangi tingkat ketidakpastian perusahaan. Dengan demikian calon investor tidak  perlu  mengeluarkan  biaya yang lebih banyak untuk memperoleh informasi tentang perusahaan yang melakukan IPO  tersebut. Jadi perusahaan yang telah lama berdiri mempunyai tingkat undepricing yang lebih rendah daripada perusahaan yang baru berdiri. Menurut penelitian Rosyati dan Sabeni (2010) company age berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing. Sedangkan hasil dari penelitian Nasirwan (2012) membuktikan bahwa company age tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.

Pengukuran profitabilitas perusahaan dapat dilihat melalui Return On Equity  (ROE) emiten tersebut. ROE merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan (kinerja perusahaan) dalam memperoleh laba dengan modal yang dimilikinya. Investor yang hendak menanamkan modalnya dapat mempergunakan rasio  ini sebagai bahan pertimbangan apakah emiten dalam operasinya nanti dapat memperoleh laba. Dengan kemampuan emiten yang tinggi untuk menghasilkan laba atas modalnya maka akan terlihat bahwa risiko yang akan dihadapi investor akan kecil. Penelitian yang dilakukan Ghozali (2010) menemukan bahwa variabel ROE berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat undepricing, mempunyai arti bahwa semakin tinggi profitabilitas maka semakin rendah underpricing. Dalam penelitian tersebut, variabel profitabilitas yang diwakilkan dengan ROE diasumsikan sebagai ekspektasi investor atas dana yang ditanamkan pada perusahaan yang IPO. Semakin besar profitabilitas (ROE) maka investor akan tertarik membeli atau mencari saham perusahaan IPO tersebut karena berharap di kemudian hari akan  mendapatkan  pengembalian yang besar atas penyertaannya. Adapun penelitian dari Hardiningsih, Suryanto dan  Chariri  (2013) menunjukkan hasil yang berbeda, penelitian ini menyatakan bahwa ROE berpengaruh signifikan positif terhadap underpricing.

Mengenai  perusahaan  yang  berskala  besar  umumnya  lebih  dikenal  oleh  masyarakat daripada perusahaan yang berskala kecil. Karena lebih dikenal maka informasi mengenai perusahaan skala besar lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan skala kecil. Bila informasi di tangan investor banyak maka tingkat ketidakpastian investor akan masa depan perusahaan dapat diketahui. Dengan demikian perusahaan yang berskala besar mempunyai tingkat underpricing yang lebih rendah dari perusahaan yang berskala kecil. Menurut Durukan (2012) menyatakan ukuran perusahaan (company size) berpengaruh signifikan negatif terhadap initial retun (underpricing) yang dihasilkan. Hasil yang berbeda ditujukan oleh penelitian yang  dilakukan oleh Daljono (2010) dan Sulistio (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara company size dengan underpricing (initial retun).

Perusahaan dengan skala usaha yang besar dan tingkat pertumbuhan yang tinggi diharapkan akan memberikan tingkat keuntungan yang tinggi maka akan menawarkan saham dengan nilai besar. Demikian pula sebaliknya, perusahaan kecil yang baru berdiri dengan tingkat pertumbuhan usaha yang relatif kecil, maka akan menawarkan saham dengan nilai kecil. Dengan demikian semakin besar presentase saham yang ditawarkan kepada masyarakat maka tingkat ketidakpastiannya akan semakin kecil, yang pada akhirnya akan menurunkan  tingkat  underpricing saham (Chisty, 2005). Nasiwan (2012) menemukan bahwa presentase penawaran saham berpengaruh signifikan negatif terhadap return. Namun hasil yang berbeda ditujukan oleh Sulistio (2010) yang mengatakan bahwa presentase saham berpengaruh signifikan  positif  terhadap underpricing.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing di atas memiliki  ketidakonsistenan hasil penelitian pada penelitian terdahulu, baik yang dilakukan di Indonesia maupun di luar negeri, sehingga masih perlu dilakukan penelitian kembali terhadap variabel- variabel tersebut. Perbedaan-perbedaan hasil penelitian yang sangat menarik  dapat  ditinjau  secara lebih lanjut. Misalkan pendapat mengenai faktor company size Daljono (2010) menyimpulkan bahwa company size tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing namun menurut Rosyani dan Sabeni (2012) menyimpulkan sebaliknya. Untuk faktor  reputasi  underwriter semua penelitian menyatakan bahwa faktor ini pengaruhnya besar terhadap tingkat underpricing (Febriana, 2008), namun fenomena yang terjadi pada saham Krakatau Steel yang menggunakan underwriter yang memiliki reputasi baik, namun ternyata terjadi underpriced yang cukup tinggi pada saat IPO cukup menarik untuk dilakukannya penelitian yang lebih lanjut. Diharapkan penelitian ini dapat membuktikan bahwa kasus-kasus seperti yang terjadi pada Krakatau Steel disebabkan karena faktor-faktor lain yang bukan dikarenakan reputasi  underwriter.

Berdasarkan    paparan   di    atas,    kendati    ulasan   penelitian-penelitian perihal IPO underpricing telah banyak dilakukan para penelitian-penelitian terdahulu, namun penelitian ini masih merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Berdasarkan latar belakang dan dari berbagai penelitian yang sudah ada, terlihat penelitian yang tidak selalu konsisten. Dengan demikian, masih terdapat banyak kemungkinan eksplorasi yang dapat dilakukan pada ranah kajian initial return IPO. Berdasarkan hal inilah, masih perlu dilakukan penelitian kembali terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing seperti reputasi underwriter, company size, company age, Return On Equity, dan Presentase saham yang ditawarkan kepada masyarakat terhadap perusahaan-perusahaan yang go public di BEI pada periode tahun 2012-2015.

TUJUAN PENELITIAN

  1. Mencari bukti empiris dan menganalisis pengaruh reputasi underwriter terhadap tingkat underpricing IPO.
  2. Mencari bukti empiris dan menganalisis pengaruh company size terhadap tingkat underpricing IPO.
  3. Mencari bukti empiris dan menganalisis pengaruh company age terhadap tingkat underpricing IPO.
  4. Mencari bukti empiris dan menganalisis pengaruh ROE terhadap tingkat underpricing IPO.
  5. Mencari bukti empiris dan menganalisis pengaruh presentase penawaran saham kepada masyarakat terhadap tingkat underpricing

LANDASAN TEORI

Intial Public Offering (IPO)

Initial Public Offering (IPO) merupakan kegiatan penjualan sekuritas kepada masyarakat baik perorangan maupun lembaga di pasar perdana. Penawaran umum perdana ini dilalkukan setelah perusahaan mendapatkan ijin dari BAPEPAM dan sebelumnya sekuritas tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. IPO adalah fase penting dalam sejarah pengembangan bisnis suatu perusahaan. Karena dengan menjadi go public perusahan akan menjadi lebih stabil dan langgeng ketimbang kompetitornya sehingga menawarkan peluang yang lebih besar untuk menggarap bisnis baru di masa mendatang.

Underpricing

Underpricing adalah hasil ketidakpastian harga saham pada pasar perdana. Fenomena underpricing terjadi karena adanya mispriced di pasar perdana sebagai akibat adanya ketidakseimbangan informasi antara pihak underwriter dengan pihak emiten.

Reputasi Underwriter

Underwriter merupakan pihak perantara antara pihak yang melakukan IPO yaitu emiten dan investor, serta salah satu pihak yang bertanggung jawab atas berhasil tidaknya perusahaan dalam melakukan IPO. Peranan dari underwriter sangat besar karena underwriter lebih sering berpengaruh dengan pasar modal dan mempunyai pengalaman yang lebih dibandingkan dengan emiten. Apabila suatu emisi dilakukan oleh underwriter yang mempunyai reputasi yang baik, maka kemungkinan akan mendatangkan kesuksesan bagi emiten.

Company Size

Company size dapat dijadikan sebagai proxy tingkat ketidakpastian saham. Perusahaan yang berskala besar cenderung lebih dikenal masyarakat sehingga informasi mengenai prospek perusahaan berskala besar lebih mudah diperoleh investor daripada perusahaan berskala kecil. Tingkat ketidakpastian yang akan dihadapi oleh calon investor mengenai masa depan perusahaan emiten dapat diperkecil apabila informasi yang diperoleh banyak.

Company Age

Company Age merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan investor dalam menanamkan modalnya. Company age menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu betahan dan menjadi bukti perusahaan  mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang   ada dalam perekonomian.

Return On Equity (ROE)

ROE merupakan sebuah rasio yang sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan. Semakin besar ROE, maka investor akan tertarik membeli saham perusahaan IPO karena berharap di kemudian hari akan mendapatkan pengembalian yang besar atas penyertaannya.

Presentase Penawaran Saham

Presentase kepemilikan yang ditahan oleh pemilik menunjukkan adanya informasi yang bersifat privat yang khusus hanya dimiliki oleh pemilik. Jika semakin besar tingkat kepemilikan saham yang ditahan oleh pemilik perusahaan akan memperkecil tingkat ketidakpastian bagi investornya di masa yang akan datang.

METODE PENELITIAN

Sumber Data Penelitian

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berbentuk cross section.Data sekunder bersumber dari perusahaan yang melakukan IPO di BEI pada periode 2012-2015.

Objek Penelitian

Semua perusahaan yang melakukan IPO di BEI pada periode 2012-2015 yaitu sebanyak 77 perusahaan. Terdiri dari:

  • Tahun 2012 : 22 perusahaan
  • Tahun 2013 : 22 perusahaan
  • Tahun 2014 : 20 perusahaan
  • Tahun 2015 : 13 perusahaan

KERANGKA PEMIKIRAN

HIPOTESIS

./ H1 : �1 < 0 semakin tinggi reputasi underwriter, tingkat underpricing semakin rendah.

./ H1 : �2 < 0, semakin besar Company Size, tingkat underpricing semakin kecil.

./ H1 : �3 < 0, semakin besar (lama) Company Age, tingkat underpricing semakin kecil.

./ H1 : �4 < 0, semakin besar Return On Equity, tingkat underpricing semakin kecil.

./ H1 : �5 < 0, semakin tinggi Presentase Penawaran Saham, tingkat underpricing semakin rendah

HASIL PENELITIAN UJI NORMALITAS

Nilai signifikansi (p-value) sebesar 0.050035 atau lebih besar dari nilai signifikansi (p-value) yang ditetapkan sebesar 0.05 atau 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini H0 diterima dan H1 ditolak sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa data ini berdistribusi normal

DETEKSI MULTIKOLINEARITAS

Hasil uji multikolinieritas, dapat dilihat dari kolom Centered VIF. Nilai VIF untuk variabel UNW sebesar 1.078393, SIZELN sebesar 1.009713, AGE sebesar 1.019304, ROE sebesar 1.087870, PPS sebesar 1.019881. Karena nilai VIF dari seluruh variabel tidak ada yang lebih besar dari 10 maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas pada kelima variabel  bebas tersebut.

UJI AUTOKORELASI

Hasil nilai probabilitas chi-square sebesar 0.3608. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas > dari 0.05 yang menyebabkan H0 diterima dan H1 ditolak.  Sehingga  dalam penelitian ini dapat disimpulkan tidak menunjukkan sifat autokorelasi.

UJI HETEROSKESDASTISITAS

Hasil ini menunjukkan bahwa probabilitas chi-square sebesar 0.3042 > 0.05. hal ini mengakibatkan H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga berdasarkan uji hipotesis,  dapat  disimpulkan bahwa penelitian tidak terdapat masalah heterokedastisitas.

ANALISIS KETEPATAN BENTUK FUNGSIONAL

Pengujian ketepatan spesifikasi model, dilakukan dengan prosedur Ramsey-Reset Test. Nilai prob 0,8790 menunjukkan bahwa model regresi telah dispesifikasikan dengan tepat.

./ Nilai estimasi koefisien variabel reputasi underwriter sebesar 1.991304 dengan t-statistic sebesar 0.351584 dan signifikansi sebesar 0.7262 > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa reputasi underwriter tidak pengaruh signifikan  terhadap  tingkat  underpricing  saham IPO.

./ Hasil koefisien variabel company size sebesar -1.383777 dengan t-statistic sebesar – 2.652719 dan signifikansi sebesar 0.0098 < 0.05. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan variabel company size terhadap tingkat underpricing saham  IPO.  Semakin tinggi company size maka underpricing IPO semakin kecil.

./ Hasil koefisien variabel company age sebesar -1.362948 dengan t-statistic sebesar – 0.420486 dan signifikansi sebesar 0.6754 > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa company age tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham IPO.

./ Hasil koefisien regresi variabel ROE sebesar -9.817219 dengan t-statistic sebesar – 2.065050 dan signifikansi sebesar 0.0425 < 0.05. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan variabel ROE terhadap tingkat underpricing saham IPO. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka underpricing semakin kecil.

./ Hasil koefisien regresi variabel presentase penawaran saham sebesar 7.207618 dengan t- statistic sebesar 2.122812 dan signifikansi sebesar 0.0390 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel presentase penawaran saham kepada masyarakat berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham IPO.

 

PEMBAHASAN

  1. Reputasi Underwriter (X1)

Nilai signifikansi sebesar 0.7262 > 0.05. Dengan demikian reputasi  underwriter tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham IPO. Temuan tidak konsisten dengan Sabeni (2010), Sandhiaji (2012), dan Gerianta (2014) yang menyatakan reputasi underwriter berpengaruh negatif pada underpricing. Penelitian ini membuktikan bahwa persepsi investor belum memperhatikan reputasi underwriter dalam menentukan beli atau tidaknya saham IPO.

2.    Company Size (X2)

Nilai signifikansi sebesar 0.0098 < 0.05. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh  yang signifikan variabel company size terhadap tingkat underpricing saham IPO. Semakin tinggi company size maka underpricing IPO semakin kecil. Konsisten dengan Sandhiaji (2012), Yolana dan Martani (2013) menambah bukti empiris bahwa comp.size berpengaruh signifikan pada tingkat underpricing saham IPO. Hasil penelitian ini membuktikan perusahaan besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat daripada perusahaan kecil, hal ini akan mengurangi asimetri informasi sehingga akan mengurangi tingkat underpricing. Selain itu total aktiva yang besar akan memberikan kesemapatan lebih bagi perusahaan untuk menambah penghasilan atau mengurangi risiko ketidakpastian dimasa yang akan datang.

3.   Company Age (X3)

Nilai signifikansi sebesar 0.6754 > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa company age tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham IPO. Temuan ini tidak konsisten dengan Sabeni (2010) dan Sandhiaji (2012) membuktikan bahwa company age berpengaruh negatif pada tingkat underpricing. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa investor terhadap comp.age tidak dijadikan patokan dalam melihat kualitas perusahaan. Oleh karena itu investor tidak mempertimbangkan comp.age dalam menilai emiten yang melakukan IPO.

4.   ROE (X4)

Nilai signifikansi sebesar 0.0425 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ROE berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham IPO. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka underpricing semakin kecil Temuan ini konsisten dengan Rosyani dan Sabeni (2010) dan Imam Ghozali (2012) membuktikan bahwa variabel ROE berpengaruh negatif pada tingkat underpricing. Hasil penelitian ini membuktikan variabel profitabilitas yang diwakilkan dengan ROE diasumsikan sebaga ekspektasi investor atas dana yang  ditanamkan  pada perusahaan yang IPO.

5.   Presentase Penawaran Saham (X5)

Nilai signifikansi sebesar 0.0390 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel presentase penawaran saham kepada masyarakat berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing saham IPO. Temuan ini konsisten Sulistio (2013) membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara presentase penawaran saham kepada masyarakat pada tingkat underpricing saham IPO. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa semakin besar presentase penawaran saham kepada masyarakat maka risiko underwriter akan semakin tinggi karena underwriter bertanggung jawab besar terhadap perusahaan, maka berpengaruh pada underpricing menjadi tinggi agar saham dapat dengan mudah terserap pasar.

KESIMPULAN

Tujuan penelitian ini adalah mencari bukti empiris dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing saham-saham IPO yang diwakili reputasi underwriter, comp.size, comp.age, ROE, Presentase Penawaran saham kepada masyarakat periode 2012-2015. Dengan periode 78 perusahaan yang mengalami underpricing.

Dari kelima variabel independen yang diuji seperti reputasi underwriter, company size,company age, ROE dan presentase penawaran saham kepada masyarakat, terdapat tiga variabel yang terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat  underpricing,  yaitu  variabel company size, ROE, dan presentase penawaran saham kepada masyarakat. Sedangkan reputasi underwriter, company age, tidak terbukti adanya pengaruh signifikan pada tingkat underpricing.

SARAN

1. Investor

Jika ingin melakukan investasi pada perusahaan yang melakukan IPO, sebaiknya mempertimbangkan faktor-faktor yang telah terbukti mempengaruhi tingkat underpricing yaitu company size, ROE dan Presentase Penawaran Saham kepada masyarakat. Dengan demikian diharapkan dapat mengoptimalkan keuntungan (return) yang diperoleh dan meminimalkan risiko atas investasi yang dilakukan.

2. Perusahaan

Jika ingin melakukan IPO di masa mendatang, disarankan untuk memperhatikan presentase penawaran saham dan ROE, apabila memiliki presentase penawaran  saham  yang tinggi dan kinerja profitabilitas juga tinggi dalam hal ini diwakili oleh ROE maka perusahaan perlu mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum IPO agar tingkat ketidakpastian tidak tinggi  dan tingkat underpricing yang terjadi dapat diminimalisir.

3. Penelitian yang akan datang

Dapat digunakan sampel-sampel penelitian dari periode yang lebih panjang agar diharapkan hasil penelitian dapat lebih mewakili keadaan yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Durukan, M.Banu. 2010. The Relationship between IPO return and Factors Influencing IPO performance : Case of Istambul Stock Exchange. Manajerial Finance, Vol. 28, No. 2.

Febriana, Dian. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Perusahaan Go Public di BEJ Tahun 2010-2012. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Ghozali, Imam & Al Mansyur, Mudrik. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 4 No. 1 : 74-88

Hisrich, B. & Fried G. 2012. The Underpricing of Initial Public Offering. Working Paper, www.srsn.com

Handayani, Retno. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Underpricing pada  penawaran umum perdana (Studi Kasus Pada perusahaan Keuangan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta Tahun 2008-2012). Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Ibbotson, R.G, Sinderlar, J.L Ritter, J.R. 2013. Initial Public Offering. Journal of Applied Corporate Finance, No. 22.

Kunz and Aggrawal, 2010. Why IPO are Underpriced : Evidence From Switzerland. Journal Of Business and Finance, Vol. 18.

Rosyati dan Sabeni, Arifin. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing saham pada perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta (Tahun 2000-2010). Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi V. 286-297.

Sandhiaji, Bram Nugroho. 2014. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) periode tahun 2009-2014. Universitas Diponegoro, Semarang.

Tinic, S. 2014. Anatomy of IPO’s of Common Stock. Journal of Finance, 789-822.

Nasirwan, 2013. Reputasi Penjamin Emisi, Return Awal, Return 15 Hari Setelah  IPO  dan  Kinerja Perusahaan 1 tahun Setelah IPO di BEJ. Simposium Nasional  Akuntansi  II, IAI, September.

Phanliana, Herianto. 2012. Analisis Pengaruh Reputasi Underwriter, Ukuran Perusahaan dan Kinerja Perusahaan terhadap tingkat underpricing pada saham-saham yang IPO di BEI Periode 2001-2010. Sekolah Pascasarjana Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Trisnawati, Rina. 2012. Pengaruh Informasi Prospektus Pada Return Saham di Pasar Perdana.

Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi II, Malang.

Umbara, Aditya. 2010. Analisis Fenomena Underpricing yang terjadi pada IPO Saham di Bursa Efek Jakarta periode 2004-2010. Skripsi S1, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia. Tidak Dipublikasikan.

Vicky. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Penawaran Umum Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Pada tahun 2005-2010. Sekolah Pascasarjana Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Yolana, Chastina dan Martani, Dwi. 2012. Variabel-variabel yang mempengaruhi Fenomena Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana di BEJ tahun 2005-2011. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi VIII, 538-551.